Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki, dan Imam Syafi’I telah sepakat dalam sebuah statement mereka: “Barangsiapa mendalami fiqih tetapi belum bertasawuf, berarti ia fasik. Dan barangsiapa bertasawuf tetapi belum mendalami fiqih, berarti ia zindiq.”
Pendapat
para Imam Mazhab tersebut di atas mengingatkan kita pada sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari mengenai TIGA PILAR
(TIANG UTAMA) BANGUNAN AD-DIIN AL-ISLAM..., yaitu:
(1)
IMAN, dengan dasar keilmuannya adalah ILMU TAUHID, yang mengkristal
dalam RUKUN IMAN, dan para pemegang ijazah spesialisasi ahlinya
dinamakan Ulama Tauhid (Hukama);
(2) ISLAM, dengan dasar
keilmuannya adalah ILMU FIQIH yang merupakan SYARI’AT LAHIR, yang
mengkristal dalam RUKUN ISLAM, dan para pemegang ijazah spesialisasi
ahlinya dinamakan Ulama Fiqih (Fuqaha); dan
(3) IHSAN,
dengan dasar keilmuannya adalah ILMU TASAWUF (Imam Ghozali menyebutnya
ILMU SIRR / Ilmu Rahasia, Ilmu tentang Hati / Qolb) yang merupakan
SYARI’AT BATIN, yang mengkristal dalam RUKUN IHSAN, dan para pemegang
ijazah spesialisasi ahlinya dinamakan Ulama Tasawuf (Shufi).
Dengan demikian, kesempurnaan Ad-Diinul Islam yang dibawakan Nabi Besar Muhammad SAW meliputi:
1.
Aspek Dzohir (Eksoteris, Fisikal), yaitu Syari'atul-Jadidah (Syari’at
Lahiriyah) yang berfungsi menata kehidupan jasmaniyah / duniawi untuk
kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia berpedoman petunjuk ayat-ayat
Al-Qur'aan dan Al-Hadits yang muhkamat-nya; dan
2. Aspek
Bathin (Esoteris, Metafisikal), yaitu Syari'atul-Qodimah (Syari’at
Bhatiniyah) yang berfungsi menata kehidupan ruhaniyah / ukhrowi untuk
kebahagiaan dan keselamatan hidup di akhirat / setelah meninggalkan
dunia fana’ ini berdasarkan petunjuk ayat-ayat Al-Qur'aan dan Al-Hadits
yang mutasyabihat-nya.
(Tentang ayat-ayat muhkamat dan
ayat-ayat mutasyabihaat dapat dipelajari pada QS Ali 'Imran 3: 7, dan
Hadits-nya dapat dibaca di:
http://qiraati.wordpress.com/2011/09/17/al-qur%E2%80%99an-dan-tafsir-sufi/#more-952).
Hadits
mengenai kesempurnaan Ad-Diin Al-Islam (IMAN Tauhid + ISLAM Fiqih +
IHSAN Tasawuf) tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut:
عَنْ
عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ
عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ
طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ
الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا
أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ
رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ
وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ
وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ
اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ
يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ :
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ،
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا
بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا،
قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ
الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ،
ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي
مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ
فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .
[رواه مسلم]
Arti hadits / ترجمة الحديث :
Dari
Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah
seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut
sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak
ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia
duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada
lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya
Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam : “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak
ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa
Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“.
Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian
dia bertanya lagi: “ eritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau
bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari qiyamah dan engkau beriman
kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata: “anda
benar“. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“.
Lalu beliau bersabda “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihat Allah, jika engkau tidak melihat Allah maka
sesungguhnya Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “Beritahukan
aku tentang hari qiyamah (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang
ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“. Dia berkata: “Beritahukan
aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda: “Jika seorang hamba
melahirkan junjungannya, dan jika engkau melihat seorang bertelanjang
kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba
meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam
sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa
yang bertanya?”, aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“.
Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian (Ad-Diin Al-Islam)“.
Hujjatul
dan Mujadid Islam Imam Al-Ghozali r.a. pendiri Thoriqoh (Tarekat)
Ghozaliyah yang sangat terkenal dengan kitab "Ihya 'Ulumuddin"-nya itu,
dan Mawlana Sulthanul Awliyaa’ Al-Ghawts Al-‘Azhom Syaikh Muhyi Ad-Diin
‘Abd al-Qadir Al-Jilani Al-Baghdadi r.a. pendiri Thoriqoh (Tarekat)
Qadiriyah dengan kitab "Sirrus Asror"–nya itu, serta Mufti Agung Syaikh
Jalal ad-Diin ar-Rumi pendiri Thoriqoh (Tarekat) Mawliyah dengan Tarian
Shufi "Whirling Dervishes”-nya yang sangat populer dan kitab "Fihi Ma
Fihi"-nya yang terkenal itu, adalah contoh dari sekian banyak Tokoh
Shufi di Dunia Islam pendiri thoriqoh-thoriqoh besar yang merupakan para
Ulama Ahli Tauhid dan juga Ahli Fiqih sekaligus pula Ulama Ahli Tasawuf
/ Ahli Shufi dari kalangan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah yang sangat masyhur
di seantero Dunia Islam.
"Wa allawis taqaamu ‘alath
thariiqati la-asqainaahum ma-an ghadaqaa ....... Dan bahwasanya
jika mereka berketetapan hati tetap teguh berdiri (istiqomah) di
atas thoriqoh (methodology untuk sampai kepada Allah) yang
benar niscaya akan Kami turunkan hujan (rahmat) yang lebat (karunia dari
sisi Allah SWT)." (QS.Jin 72:16).
Mereka adalah para Guru
Besar Tauhid yang sangat mendalam ma'rifahnya kepada Allah SWT dan
sangat dekat dan akrab dengan-Nya (al-muqarrabuun). Hati mereka hanya
terisi Cinta Allah (mahabatullah). Allah SWT menjadikan mereka
kekasih-Nya (waliyullah) dan memilih mereka sebagai
Waliyyam-Mursyida-Nya dengan mengkaruniai mereka Ilmu dan Rahmat dari
sisi-Nya (Ilmu Laduni) sesuai firman-Nya:
"Faa wajadaa
'abdam min 'ibaadinaa aatainaahu rahmatam min 'indinaa wa 'allamnaahu
mil ladunnaa 'ilmaa ... (Akhirnya) mereka (berhasil) menemukan seorang
hamba dari hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan rahmat dari sisi
Kami dan telah Kami ajarkan kepadanya suatu ilmu dari sisi Kami (Ilmu
Ma'rifatullah)." (QS Al-Kahfi 18: 65).
Sekalipun penamaan
thoriqoh dan metodologi mereka dalam menuju Tuhan berlainan satu sama
lain, akan tetapi mereka semua bersaudara fillah pada Jalan Allah
(ukhuwah bashariyah) karena visi dan misi mereka sama, yaitu sama-sama
mengajak umat manusia untuk mencari Wajah-Nya (liqa' Allah) dan wushul
ila Allah SWT (sampai kepada-Nya), mentauhidkan Allah SWT, menyembah dan
mendekatkan diri yang sedekat-dekatnya kepada-Nya (al-muqarrabuun) di
atas dasar landasan petunjuk-petunjuk Al-Qur’aan dan Sunnah Rasulullah
SAW, antara lain:
“Awwaluddiini ma’rifatullah … mula-pertama memeluk agama adalah mengenal Allah (Yang wajib disembah).” (Al-Hadits).
“wa
maa tunfiquuna illab tighaa-a Wajhullahi … dan janganlah kamu
membelanjakan sesuatu melainkan karena (tujuan) mencari Wajah Allah.”
(QS Al-baqarah 2: 272).
“illabtighaa’a Wajhi Robbihil a’la … kecuali yang mengharap wajah Rabb-nya yang Mahatinggi” (QS Al-Lail 92 : 20).
“wa
maa kholaqtul jinna wal insa ila liya’buduun ... dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah
kepada-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat 51: 56).
“wa laa tad’u
ma’Allaahi ilaahan aakhara laa ilaaha ilaa huwa kullu syai’in haalikun
ilaa Wajhahuu lahul hukmu wa ilaihi turja’uun ... dan janganlah kamu
sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu (ciptaan,
makhluk) pasti binasa, kecuali Wajah-Nya. Bagi-Nyalah segala penentuan,
dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS Al-Qashash 28: 88).
“Inni
wajahtu Wajhiya lil ladzi fatharas-samaawaatii wal ‘ardla hanifam
muslimaw wa maa ana minal musyrikin … Sesungguhnya aku menghadapkan
wajahku kepada Wajah Rabb Yang menciptakan langit dan bumi, dengan
cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang
yang mempersekutukan Tuhan.” (QS Al-An’aam 6: 79)
“Siapa
yang beramal demi pahala, niscaya akan letih dengan harapan. Siapa yang
beramal karena takut siksa, niscaya akan letih dengan prasangka baik.
Siapa yang beramal demi Wajah-Nya, niscaya tiada letih baginya.” (Imam
An-Nifari).
”Yaa ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa
Robbika kad-han fa mulaaqiih ... Hai manusia, sesungguhnya kamu harus
berusaha dengan sungguh-sungguh (setekun-tekunnya) menuju Tuhanmu, maka
pasti kamu akan menemui-Nya.” (QS Al Insyiqaaq 84: 6).
”Man
kaana yarjuu liqoo-Allaahi fa inna ajalallaahi la aatiw wa huwas
samii’ul ’aliim ... Barangsiapa yang mengharap ingin menemui Allah, maka
sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti sampai (tiba), dan Dia
Maha Mendengar dan Maha mengetahui.” (QS Al-’Ankabuut 29: 5).
”La
qad kaana lakum fii rasuulillaahi uswatun hasanatul li man kaana
yarjullaaha wal yaumal aakhira wa dzakaral-laaha katsiiraa ...
Sesungguhnya Rasul Allah itu menjadi ikutan (contoh teladan) untuk kamu
dan (juga) untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari kemudian
dan yang (ingin) mengingat Allah sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Ahzaab
33:21).
“Alaa innahum fii miryatim mil liqoo-i Robbihim
alaa innahuu bi kulli syai’im muhiith ... Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
mereka adalah dalam ragu-ragu tentang menemui Tuhan mereka. Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS Fushshilat
41: 54).
“Maa qadarullaaha haqqa qadrihi innallaaha la
qawiyyun ’aziiz ... Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS Al
Hajj 22: 74).
Bagi hamba-hamba Allah yang tulus-ikhlas
dalam ber’ubudiyah (menghambakan diri) kepada-Nya dan
bersungguh-sungguh melakukan perjalanan menuju kepada Wajah-Nya,
merindukan dan mencari kehadiran-Nya, serta tak henti-hentinya berdo’a
memohon kepada-Nya, dengan memenuhi petunjuk Allah SWT di dalam
Al-Qur’aan suci:
“maka apakah mereka tidak melakukan
perjalanan di muka bumi (mencari kehadiran Allah), lalu mereka mempunyai
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang
dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata (di
kepala) itu yang buta, tetapi yang buta, ialah (mata) hati yang di
dalam dada.” (QS Al-Hajj 22: 46).
“Dan barangsiapa yang
buta (hatinya) di dunia ini (selagi masih hidup), niscaya di akhirat
(nanti, sesudah kematian) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat /
kesasar dari jalan (yang benar, jalan menuju kembali kepada-Nya).” (QS
Al-Israa’ – Perjalanan – 17: 72).
”Ya ayyuhal ladziina
aamanut taqullaaha wab taghuu ilaihil washilata wa jaahiduu fi
sabiilihii la’allakum tuflihuun ... Hai orang-orang yang percaya,
patuhlah kepada Allah, dan carilah Al-Washilah ('Tali Allah' yang
menghubungkan / menyampaikan dan mendekatkan diri) kepada-Nya dan
berjihadlah (sungguh-sungguhlah berjuang / berusaha) pada jalan
(metodologi) menuju Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan
(kemenangan / keselamatan / kebahagiaan hakiki).” QS Al-Maa’idah 5: 35).
“Ilahi
Anta maksuudi wa ridhoKa mathlubi, ‘athiini mahabbataKa wa ma’rifataKa …
Tuhanku, Engkaulah yang aku cari / tuju dan perkenan ridho-Mu yang aku
harap-harapkan, tumbuhkanlah rasa cinta kepada Engkau di hatiku dan
sampaikanlah daku pada ma’rifah-Mu (mengenal Allah Yang wajib
disembahnya).” (Al-Hadits).
“Ya Tuhan kami, kami telah
beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan (petunjuk-petunjuk
Al-Qur’aan) dan telah kami ikuti rasul (meneladani sunnah Nabi Besar
Muhammad SAW), karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang
yang menjadi Saksi Allah." (QS Ali ‘Imran 3: 53).
Maka
Allah SWT akan memberikan kemudahan dan rahmat (pertolongan)-Nya serta
petunjuk dan bimbingan-Nya lebih lanjut kepada hamba-hamba-Nya tersebut,
dengan mempertemukan mereka kepada seorang hamba –Nya sebagaimana
dimaksud dalam firman-Nya:
مَنْ يَهْدِ اللهِ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًَّا مُرْشِيْدًَا
"Man-yahdillaahu
fahuwal muhtadi wa man yudhlil falan tajida lahuu Waliyyam-Mursyidaa
....... Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah orang
yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkan-Nya sesat (karena
mengikuti hawa nafsu), maka orang itu tidak akan mendapatkan satu orang
Waliy-Mursyid pun yang akan memimpin / membimbingnya (pada jalan menuju
Allah, jalan kebenaran). (QS Al-Kahfi 18:17)
"wa may
yudhlilillaahu fa maa lahuu min haad ... dan barangsiapa yang disesatkan
Allah (karena mengikuti hawa nafsu), maka tidak ada baginya satu orang
Pemberi Petunjuk pun yang akan menunjukinya (pada jalan menuju Allah,
jalan kebenaran)."
(QS Ar-Ra'd 13: 33).
Mudah-mudahan kita semua dikaruniai petunjuk dan dibimbing Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) sehingga dapat memenuhi perintah-Nya:
"Dan
di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari
keridha'an Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. Wahai
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya
(AD-DIIN AL-ISLAM = IMAN Tauhid + ISLAM Fiqih + IHSAN Tasawuf), dan
janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan (yang bersifat menyesatkan
dengan merusak / memecah-belah keparipurnaan Ad-Diin Al-Islam).
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata (terang-terangan) bagimu." (QS
Al-Baqarah 2: 207-208).
Sebagaimana dijelaskan dan diamanatkan pula dalam sabda Rasul-Nya, Nabi Besar Muhammad SAW:
"Asy-Syari'atu
aq-qauli, wath-thoriqotu af'ali, wal-haqiqatu ahwali, wal-ma'rifatu
sirri ... Syari'at (syari'at lahir dan syari'at batin) itu adalah
perkataanku (ajaran Ad-Diin Al-Islam yang dibawakan Beliau SAW), Tarikat
(methodologi pengamalan syari'at lahir dan syari'at batin, referansi:
QS Al-Maa'idah 5: 35) itu adalah amal-perbuatanku , Hakikat (buah
pelaksanaan Tarikat, referansi: QS Al-Jin 72: 16) itu adalah pembuktian
pengalaman ruhani / spiritualku , dan ma'rifat itu adalah rahasiaku
(Ilmu Rahasia, Ilmu Laduni, Ilmu dari sisi Allah SWT, referansi: QS
Al-Kahfi 18: 65)." (HR Bukhari).
Dengan memenuhi perintah
Allah Yang Merajai manusia (Malikin-naas) serta meneladani dan
melaksanakan amanah Rasulullah SAW tersebut di atas secara benar, maka
tiap-tiap pribadi umat-Nya akan mendapatkan karunia Nuur-cahaya dari
sisi Allah SWT sesuai janji-Nya:
"Maka apakah orang-orang
yang dibukakan Allah (hijab / tutupan) hatinya untuk (menerima) Ad-Diin
Al-Islam lalu ia dikaruniai Nuur-cahaya dari Tuhannya (samakah dengan
orang yang membatu hatinya / keras dan terhijab kerak dosa)? Maka
kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya
(hijab / tutupan hatinya begitu tebal dan keras, referansi: QS
Al-Baqarah 2: 74, QS Al-Anfaal 8: 24, QS Al-An'aam 6: 25, QS Al-Israa'
17: 46, QS Al-Kahfi 18: 57) untuk mengingat Allah
(yang dahulu pernah dikenalnya, referansi QS Al-A'raaf 7: 172). Mereka
itulah (yang sebenarnya) dalam kesesatan yang nyata." (QS Az-Zumar 39:
22).
"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lupa dari
(hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (hijab yang menutupi)
mata (hati)mu, maka penglihatan (mata hati) kamu ketika itu amat tajam."
(QS Qaaf 50: 22).
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (yaitu) telah Kami turunkan /
karuniakan kepadamu Nuur-cahaya yang terang-benderang (Al
Qur'aanul-Qodim)." (QS An-Nisaa' 4: 174).
Dengan memasuki
dan melaksanakan Ad-Diin Al-Islam secara paripurna / keseluruhan
(kaffah) tersebut, sebenarnyalah kita sedang dibimbing dan diperjalankan
Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk memenuhi janji suci yang pernah
diikrarkan oleh jiwa (nafs) kita kepada Allah SWT sewaktu masih berada
di “Alam Alastu bi Robbikum qoolu balaa syahidnaa”, sesuai dengan
firman-Nya:
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya…” (QS Al-‘Israa’ – Perjalanan – 17: 1).
”Wa
idzakhadza Robbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum wa
asyhadahum ’alaa anfusihim alastu bi Robbikum qoolu balaa syahidnaa an
taquuluu yaumal qiyaamati innaa kun naa ’an haadzaa ghoofilin ... Dan
ketahuilah, tatkala Tuhanmu menjadikan keturunan umat manusia dari sulbi
(tulang punggung) mereka (para calon orangtua jabang bayi) dan Allah
mengambil kesaksian (syahadah) atas diri-diri jiwa (nafs) mereka (para
calon jabang bayi). Allah berfirman, ”(Saksikanlah!), Bukankah Aku ini
Tuhanmu?” Diri-diri jiwa (nafs) mereka menjawab, ”Betul, (Engkau Tuhan
kami), kami menjadi Saksi (Engkau).” Allah berfirman, ”(Kami adakan
peristiwa ini) supaya kamu tidak mengatakan di hari kemudian,
”Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang l u p a akan
(kesaksian kami) ini.” (QS Al-A’raaf 7: 172).
Mudah-mudahan
kita termasuk hamba Allah yang memperoleh karunia Nuur-Cahaya dari sisi
Allah Subhanahu Wa ta'ala sebagai bekal utama kebahagiaan dan
keselamatan dalam menjalani kehidupan dunia dan terutama kehidupan
setelah kematian nanti (akhirat), amiin ya Robbal 'alamiin.
“…
Cahaya di atas Cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing (untuk sampai /
menemui) kepada Cahaya-Nya siapa yang Dia Ta’ala kehendaki, dan Allah
memperbuat perlambangan-perlambangan bagi manusia dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS An-Nuur 24: 35).
"Sesungguhnya
kamu berada dalam keadaan lupa dari (hal) ini, maka Kami singkapkan
daripadamu tutup (hijab yang menutupi) mata (hati)mu, maka penglihatan
(mata hati) kamu ketika itu amat tajam." (QS Qaaf 50: 22).
“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien (orang-orang
benar pada sisi Allah) dan orang-orang yang menjadi Saksi di sisi Tuhan
mereka. Bagi mereka pahala dan Cahaya mereka…” (QS Al-Hadiid 57: 19).
“Salam
penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada waktu mereka
menemui Allah ialah: “Salam”; dan Dia menyediakan pahala yang mulia
bagi mereka.” (QS Al-Ahzab 33: 44).
“Wajah-wajah
(orang-orang mukmin) pada waktu itu bercahaya, (karena) mereka sedang
melihat / menyaksikan Tuhannya.” (QS Al-Qiyaamah 75: 22-23).
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu, (yaitu) telah Kami turunkan / karuniakan kepadamu Cahaya Yang
Terang-benderang (Al Qur’aanul Qodim).” (QS An-Nisaa’ 4: 174).
Akhirul
kalam, hamba yang dho'if lagi sangat faqir di hadapan kemahabesaran
Allah Tuhannya ini berharap ampunan Tuhannya atas segala kekurangan
dalam menyusun tulisan ini dan mudah-mudahan tulisan sederhana ini
mendapatkan keridha'an Allah SWT dan bermanfaat bagi para hamba Allah
yang merindukan perjumpaan dengan Tuhannya di dalam lubuk hatinya
masing-masing, dan semoga Allah SWT melimpahi taufiq, hidayah, dan
rahmat (pertolongan)-Nya kepada kita sekalian di dunia dan di akhirat,
amiin ya Robbal'alamiin.