Selasa, 24 April 2012

MENGENAL KESEMPURNAAN AD-DIIN AL-ISLAM (IMAN + ISLAM + IHSAN)

Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki, dan Imam Syafi’I telah sepakat dalam sebuah statement mereka: “Barangsiapa mendalami fiqih tetapi belum bertasawuf, berarti ia fasik. Dan barangsiapa bertasawuf tetapi belum mendalami fiqih, berarti ia zindiq.”


Pendapat para Imam Mazhab tersebut di atas mengingatkan kita pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Bukhari mengenai TIGA PILAR (TIANG UTAMA) BANGUNAN AD-DIIN AL-ISLAM..., yaitu:

(1) IMAN, dengan dasar keilmuannya adalah ILMU TAUHID, yang mengkristal dalam RUKUN IMAN, dan para pemegang ijazah spesialisasi ahlinya dinamakan Ulama Tauhid (Hukama);

(2) ISLAM, dengan dasar keilmuannya adalah ILMU FIQIH yang merupakan SYARI’AT LAHIR, yang mengkristal dalam RUKUN ISLAM, dan para pemegang ijazah spesialisasi ahlinya dinamakan Ulama Fiqih (Fuqaha); dan

(3) IHSAN, dengan dasar keilmuannya adalah ILMU TASAWUF (Imam Ghozali menyebutnya ILMU SIRR / Ilmu Rahasia, Ilmu tentang Hati / Qolb) yang merupakan SYARI’AT BATIN, yang mengkristal dalam RUKUN IHSAN, dan para pemegang ijazah spesialisasi ahlinya dinamakan Ulama Tasawuf (Shufi).

Dengan demikian, kesempurnaan Ad-Diinul Islam yang dibawakan Nabi Besar Muhammad SAW meliputi:

1. Aspek Dzohir (Eksoteris, Fisikal), yaitu Syari'atul-Jadidah (Syari’at Lahiriyah) yang berfungsi menata kehidupan jasmaniyah / duniawi untuk kebahagiaan dan keselamatan hidup di dunia berpedoman petunjuk ayat-ayat Al-Qur'aan dan Al-Hadits yang muhkamat-nya; dan

2. Aspek Bathin (Esoteris, Metafisikal), yaitu Syari'atul-Qodimah (Syari’at Bhatiniyah) yang berfungsi menata kehidupan ruhaniyah / ukhrowi untuk kebahagiaan dan keselamatan hidup di akhirat / setelah meninggalkan dunia fana’ ini berdasarkan petunjuk ayat-ayat Al-Qur'aan dan Al-Hadits yang mutasyabihat-nya.

(Tentang ayat-ayat muhkamat dan ayat-ayat mutasyabihaat dapat dipelajari pada QS Ali 'Imran 3: 7, dan Hadits-nya dapat dibaca di: http://qiraati.wordpress.com/2011/09/17/al-qur%E2%80%99an-dan-tafsir-sufi/#more-952).

Hadits mengenai kesempurnaan Ad-Diin Al-Islam (IMAN Tauhid + ISLAM Fiqih + IHSAN Tasawuf) tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .
[رواه مسلم]

Arti hadits / ترجمة الحديث :
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam :  “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ eritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari qiyamah dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata:  “anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi:  “Beritahukan aku tentang ihsan“. Lalu beliau bersabda “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau  melihat  Allah, jika engkau tidak melihat Allah maka sesungguhnya Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari qiyamah  (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“. Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan junjungannya, dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya:   “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”, aku berkata:  “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“.  Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian (Ad-Diin Al-Islam)“.

Hujjatul dan Mujadid  Islam Imam Al-Ghozali r.a. pendiri Thoriqoh (Tarekat) Ghozaliyah yang sangat terkenal dengan kitab "Ihya 'Ulumuddin"-nya itu, dan Mawlana Sulthanul Awliyaa’ Al-Ghawts Al-‘Azhom Syaikh Muhyi Ad-Diin ‘Abd al-Qadir Al-Jilani Al-Baghdadi r.a. pendiri Thoriqoh (Tarekat) Qadiriyah dengan kitab "Sirrus Asror"–nya itu, serta Mufti Agung Syaikh Jalal ad-Diin ar-Rumi pendiri Thoriqoh (Tarekat) Mawliyah dengan Tarian Shufi "Whirling Dervishes”-nya yang sangat populer dan kitab "Fihi Ma Fihi"-nya yang terkenal itu, adalah contoh dari sekian banyak Tokoh Shufi di Dunia Islam pendiri thoriqoh-thoriqoh besar yang merupakan para Ulama Ahli Tauhid dan juga Ahli Fiqih sekaligus pula Ulama Ahli Tasawuf / Ahli Shufi dari kalangan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah yang sangat masyhur di seantero Dunia Islam.

"Wa allawis taqaamu ‘alath      thariiqati      la-asqainaahum ma-an ghadaqaa ....... Dan bahwasanya jika mereka berketetapan hati tetap teguh berdiri (istiqomah) di atas      thoriqoh      (methodology untuk sampai kepada Allah) yang benar niscaya akan Kami turunkan hujan (rahmat) yang lebat (karunia dari sisi Allah SWT)." (QS.Jin 72:16).

Mereka adalah para Guru Besar Tauhid yang sangat mendalam ma'rifahnya kepada Allah SWT dan sangat dekat dan akrab dengan-Nya (al-muqarrabuun). Hati mereka hanya terisi Cinta Allah (mahabatullah). Allah SWT menjadikan mereka kekasih-Nya (waliyullah) dan memilih mereka sebagai Waliyyam-Mursyida-Nya dengan mengkaruniai mereka Ilmu dan Rahmat dari sisi-Nya (Ilmu Laduni) sesuai firman-Nya:

"Faa wajadaa 'abdam min 'ibaadinaa aatainaahu rahmatam min 'indinaa wa 'allamnaahu mil ladunnaa 'ilmaa ... (Akhirnya) mereka (berhasil) menemukan seorang hamba dari hamba-hamba Kami yang telah Kami berikan rahmat dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepadanya suatu ilmu dari sisi Kami (Ilmu Ma'rifatullah)." (QS Al-Kahfi 18: 65).

Sekalipun penamaan thoriqoh dan metodologi mereka dalam menuju Tuhan berlainan satu sama lain, akan tetapi mereka semua bersaudara fillah pada Jalan Allah (ukhuwah bashariyah) karena visi dan misi mereka sama, yaitu sama-sama mengajak umat manusia untuk mencari Wajah-Nya (liqa' Allah) dan wushul ila Allah SWT (sampai kepada-Nya), mentauhidkan Allah SWT, menyembah dan mendekatkan diri yang sedekat-dekatnya kepada-Nya (al-muqarrabuun) di atas dasar landasan petunjuk-petunjuk Al-Qur’aan dan Sunnah Rasulullah SAW, antara lain:

“Awwaluddiini ma’rifatullah … mula-pertama memeluk agama adalah mengenal Allah (Yang wajib disembah).” (Al-Hadits).

“wa maa tunfiquuna illab tighaa-a Wajhullahi … dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena (tujuan) mencari Wajah Allah.” (QS Al-baqarah 2: 272).

“illabtighaa’a Wajhi Robbihil a’la … kecuali yang mengharap wajah Rabb-nya yang Mahatinggi” (QS Al-Lail 92 : 20).

“wa maa kholaqtul jinna wal insa ila liya’buduun ... dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat 51: 56).

“wa laa tad’u ma’Allaahi ilaahan aakhara laa ilaaha ilaa huwa kullu syai’in haalikun ilaa Wajhahuu lahul hukmu wa ilaihi turja’uun ... dan janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu (ciptaan, makhluk) pasti binasa, kecuali Wajah-Nya. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS Al-Qashash 28: 88).

“Inni wajahtu Wajhiya lil ladzi fatharas-samaawaatii wal ‘ardla hanifam muslimaw wa maa ana minal musyrikin … Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Wajah Rabb Yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS Al-An’aam 6: 79)

“Siapa yang beramal demi pahala, niscaya akan letih dengan harapan. Siapa yang beramal karena takut siksa, niscaya akan letih dengan prasangka baik. Siapa yang beramal demi Wajah-Nya, niscaya tiada letih baginya.” (Imam An-Nifari).

”Yaa ayyuhal insaanu innaka kaadihun ilaa Robbika kad-han fa mulaaqiih ... Hai manusia, sesungguhnya kamu harus berusaha dengan sungguh-sungguh (setekun-tekunnya) menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (QS Al Insyiqaaq 84: 6).

”Man kaana yarjuu liqoo-Allaahi fa inna ajalallaahi la aatiw wa huwas samii’ul ’aliim ... Barangsiapa yang mengharap ingin menemui Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah pasti sampai (tiba), dan Dia Maha Mendengar dan Maha mengetahui.” (QS Al-’Ankabuut 29: 5).

”La qad kaana lakum fii rasuulillaahi uswatun hasanatul li man kaana yarjullaaha wal yaumal aakhira wa dzakaral-laaha katsiiraa ... Sesungguhnya Rasul Allah itu menjadi ikutan (contoh teladan) untuk kamu dan (juga) untuk orang yang mengharapkan menemui Allah dan hari kemudian dan yang (ingin) mengingat Allah sebanyak-banyaknya.” (QS Al-Ahzaab 33:21).

“Alaa innahum fii miryatim mil liqoo-i Robbihim alaa innahuu bi kulli syai’im muhiith ... Ketahuilah, bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam ragu-ragu tentang menemui Tuhan mereka. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS Fushshilat 41: 54).

“Maa qadarullaaha haqqa qadrihi innallaaha la qawiyyun ’aziiz ... Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS Al Hajj 22: 74).

Bagi hamba-hamba Allah yang tulus-ikhlas  dalam  ber’ubudiyah (menghambakan diri) kepada-Nya dan bersungguh-sungguh melakukan perjalanan menuju kepada Wajah-Nya, merindukan dan mencari kehadiran-Nya, serta tak henti-hentinya berdo’a memohon kepada-Nya, dengan memenuhi petunjuk Allah SWT di dalam Al-Qur’aan suci:

“maka apakah mereka tidak melakukan perjalanan di muka bumi (mencari kehadiran Allah), lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata (di kepala) itu yang buta, tetapi yang buta, ialah (mata) hati yang di dalam dada.” (QS Al-Hajj 22: 46).

“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini (selagi masih hidup), niscaya di akhirat (nanti, sesudah kematian) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat / kesasar dari jalan (yang benar, jalan menuju kembali kepada-Nya).” (QS Al-Israa’ – Perjalanan – 17: 72).

”Ya ayyuhal ladziina aamanut taqullaaha wab taghuu ilaihil washilata wa jaahiduu fi sabiilihii la’allakum tuflihuun ... Hai orang-orang yang percaya, patuhlah kepada Allah, dan carilah Al-Washilah ('Tali Allah' yang menghubungkan / menyampaikan dan mendekatkan diri) kepada-Nya dan berjihadlah (sungguh-sungguhlah berjuang / berusaha) pada jalan (metodologi) menuju Allah supaya kamu mendapatkan keberuntungan (kemenangan / keselamatan / kebahagiaan hakiki).” QS Al-Maa’idah 5: 35).

“Ilahi Anta maksuudi wa ridhoKa mathlubi, ‘athiini mahabbataKa wa ma’rifataKa … Tuhanku, Engkaulah yang aku cari / tuju dan perkenan ridho-Mu yang aku harap-harapkan, tumbuhkanlah rasa cinta kepada Engkau di hatiku dan sampaikanlah daku pada ma’rifah-Mu (mengenal Allah Yang wajib disembahnya).” (Al-Hadits).

“Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan (petunjuk-petunjuk  Al-Qur’aan) dan telah kami ikuti rasul (meneladani sunnah Nabi Besar Muhammad SAW), karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi Saksi Allah." (QS Ali ‘Imran 3: 53).

Maka Allah SWT akan memberikan kemudahan dan rahmat (pertolongan)-Nya serta petunjuk dan bimbingan-Nya lebih lanjut kepada hamba-hamba-Nya tersebut, dengan mempertemukan mereka kepada seorang hamba –Nya sebagaimana dimaksud dalam firman-Nya:

مَنْ يَهْدِ اللهِ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًَّا مُرْشِيْدًَا
"Man-yahdillaahu fahuwal muhtadi wa man yudhlil falan tajida lahuu Waliyyam-Mursyidaa ....... Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah orang yang mendapat petunjuk dan siapa yang dibiarkan-Nya sesat (karena mengikuti hawa nafsu), maka orang itu tidak akan mendapatkan satu orang Waliy-Mursyid pun yang akan memimpin / membimbingnya (pada jalan menuju Allah,  jalan kebenaran). (QS Al-Kahfi 18:17)

"wa may yudhlilillaahu fa maa lahuu min haad ... dan barangsiapa yang disesatkan Allah (karena mengikuti hawa nafsu), maka tidak ada baginya satu orang Pemberi Petunjuk pun yang akan menunjukinya (pada jalan menuju Allah, jalan kebenaran)."
(QS Ar-Ra'd 13: 33).

Mudah-mudahan kita semua dikaruniai petunjuk dan dibimbing Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT) sehingga dapat memenuhi perintah-Nya:

"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridha'an Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam    Islam keseluruhannya (AD-DIIN AL-ISLAM = IMAN Tauhid + ISLAM Fiqih + IHSAN Tasawuf), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan (yang bersifat menyesatkan dengan merusak / memecah-belah keparipurnaan Ad-Diin Al-Islam). Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata (terang-terangan) bagimu." (QS Al-Baqarah 2: 207-208).

Sebagaimana dijelaskan dan diamanatkan pula dalam sabda Rasul-Nya, Nabi Besar Muhammad SAW:

"Asy-Syari'atu aq-qauli, wath-thoriqotu af'ali, wal-haqiqatu ahwali, wal-ma'rifatu sirri ... Syari'at (syari'at lahir dan syari'at batin) itu adalah perkataanku (ajaran Ad-Diin Al-Islam yang dibawakan Beliau SAW), Tarikat (methodologi pengamalan syari'at lahir dan syari'at batin, referansi: QS Al-Maa'idah 5: 35) itu adalah amal-perbuatanku , Hakikat (buah pelaksanaan Tarikat, referansi: QS Al-Jin 72: 16) itu adalah pembuktian pengalaman ruhani / spiritualku , dan ma'rifat itu adalah rahasiaku (Ilmu Rahasia, Ilmu Laduni, Ilmu dari sisi Allah SWT, referansi: QS Al-Kahfi 18: 65)." (HR Bukhari).

Dengan memenuhi perintah Allah Yang Merajai manusia (Malikin-naas) serta meneladani dan melaksanakan amanah Rasulullah SAW tersebut di atas secara benar, maka tiap-tiap pribadi umat-Nya akan mendapatkan karunia Nuur-cahaya dari sisi Allah SWT sesuai janji-Nya:

"Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah (hijab / tutupan) hatinya untuk (menerima) Ad-Diin Al-Islam lalu ia dikaruniai Nuur-cahaya dari Tuhannya (samakah dengan orang yang membatu hatinya / keras dan terhijab kerak dosa)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah     membatu hatinya (hijab / tutupan hatinya begitu tebal dan keras, referansi: QS Al-Baqarah 2: 74, QS Al-Anfaal 8: 24, QS Al-An'aam 6: 25, QS Al-Israa' 17: 46, QS Al-Kahfi 18: 57)     untuk mengingat Allah (yang dahulu pernah dikenalnya, referansi QS Al-A'raaf 7: 172). Mereka itulah (yang sebenarnya) dalam kesesatan yang nyata." (QS Az-Zumar 39: 22).

"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lupa dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (hijab yang menutupi) mata (hati)mu, maka penglihatan (mata hati) kamu ketika itu amat tajam." (QS Qaaf 50: 22).

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (yaitu) telah Kami turunkan / karuniakan kepadamu Nuur-cahaya yang terang-benderang (Al Qur'aanul-Qodim)." (QS An-Nisaa' 4: 174).

Dengan memasuki dan melaksanakan Ad-Diin Al-Islam secara paripurna / keseluruhan (kaffah) tersebut, sebenarnyalah kita sedang dibimbing dan diperjalankan Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk memenuhi janji suci yang pernah diikrarkan oleh jiwa (nafs) kita kepada Allah SWT sewaktu masih berada di “Alam Alastu bi Robbikum qoolu balaa syahidnaa”, sesuai dengan firman-Nya:

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya…” (QS Al-‘Israa’ – Perjalanan – 17: 1).

”Wa idzakhadza Robbuka min banii aadama min zhuhuurihim dzurriyyatahum wa asyhadahum ’alaa anfusihim alastu bi Robbikum qoolu balaa syahidnaa an taquuluu yaumal qiyaamati innaa kun naa ’an haadzaa ghoofilin ... Dan ketahuilah, tatkala Tuhanmu menjadikan keturunan umat manusia dari sulbi (tulang punggung) mereka (para calon orangtua jabang bayi) dan Allah mengambil kesaksian (syahadah) atas diri-diri jiwa (nafs) mereka (para calon jabang bayi). Allah berfirman, ”(Saksikanlah!), Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Diri-diri jiwa (nafs) mereka menjawab, ”Betul, (Engkau Tuhan kami), kami menjadi Saksi (Engkau).” Allah berfirman, ”(Kami adakan peristiwa ini) supaya kamu tidak mengatakan di hari kemudian,  ”Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang     l u p a     akan (kesaksian kami) ini.” (QS Al-A’raaf 7: 172).

Mudah-mudahan kita termasuk hamba Allah yang memperoleh karunia Nuur-Cahaya dari sisi Allah Subhanahu Wa ta'ala sebagai bekal utama kebahagiaan dan keselamatan dalam menjalani kehidupan dunia dan terutama kehidupan setelah kematian nanti (akhirat), amiin ya Robbal 'alamiin.

 “… Cahaya di atas Cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing (untuk sampai / menemui) kepada Cahaya-Nya siapa yang Dia Ta’ala kehendaki, dan Allah memperbuat perlambangan-perlambangan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS An-Nuur 24: 35).

"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lupa dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (hijab yang menutupi) mata (hati)mu, maka penglihatan (mata hati) kamu ketika itu amat tajam." (QS Qaaf 50: 22).

“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien (orang-orang benar pada sisi Allah) dan orang-orang yang menjadi Saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan Cahaya mereka…” (QS Al-Hadiid 57: 19).

“Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada waktu mereka menemui Allah ialah:  “Salam”; dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” (QS Al-Ahzab 33: 44).

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada waktu itu bercahaya, (karena) mereka sedang melihat / menyaksikan Tuhannya.” (QS Al-Qiyaamah 75: 22-23).

 “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (yaitu) telah Kami turunkan / karuniakan kepadamu Cahaya Yang Terang-benderang (Al Qur’aanul Qodim).” (QS An-Nisaa’ 4: 174).

Akhirul kalam, hamba yang dho'if lagi sangat faqir di hadapan kemahabesaran Allah Tuhannya ini berharap ampunan Tuhannya atas segala kekurangan dalam menyusun tulisan ini dan mudah-mudahan tulisan sederhana ini mendapatkan keridha'an Allah SWT dan bermanfaat bagi para hamba Allah yang merindukan perjumpaan dengan Tuhannya di dalam lubuk hatinya masing-masing, dan semoga Allah SWT melimpahi taufiq, hidayah, dan rahmat (pertolongan)-Nya kepada kita sekalian di dunia dan di akhirat, amiin ya Robbal'alamiin.

2 komentar:

  1. Sangat bagus materinya, saya tunggu materi selanjutnya.

    BalasHapus
  2. ShubhanaLah sangat terperinci,jelas san gamblang ayat -ayatNya saya jadi paham dan tertarik mempelajari ilmu tasawuf.

    BalasHapus