KEGIATAN - KEGIATAN YANG SUDAH BERJALAN :
Pemberian dan peningkatan pemahaman dan pelajaran tentang Ilmu Ketuhanan (Tauhid) dan Tasawuf sebagai perangkat operasional dari salah satu pilar (tiang utama) bangunan ad-Dienul Islam, yaitu IHSAN, serta membentuk landasan yang kuat tentang pemahaman isi kandungan Al-Qur’aan secara mendalam yang melliputi kandungan makna tersirat (mutasyabihat) dan tersurat (muhkamat) kepada umat manusia yang memenuhi persyaratan, berminat dan membutuhkan melalui kegiatan-kegiatan:
Majelis Ta’lim ”Al-Anwar Al-Ihsaniyah (Cahaya-cahaya Keihsanan)”
menyelenggarakan :
menyelenggarakan :
Program Kajian Umum
§ Dzikir Agung “Kasyful Mahjub Al-Ihsaniyah” (Terapi Pembersih Qolbu)
Hari Minggu I, Pukul 10:00 – 12:00 WIB, di Tembok Panjang, Ciseeng, Bogor
Setiap hari Kamis, Pukul 19:30 – 21:30 WIB, di Kp. Areman, Kelapa Dua, Depok
Hari Sabtu (Minggu ke-IV), Pukul 20:00 – 22:00 WIB, di Sawangan, Depok
§ Kajian Fiqih Tasawuf “Ihya ‘Ulumuddiin”
(Mengkaji Kitab-kitab Fiqih Tasawuf Karya Imam Al-Ghazali & Ulama Sufi lainnya)
Hari Minggu I, Pukul 14:00 – 17:00 WIB, di Ciseeng, Bogor
Hari Minggu II, Pukul 14:00 – 17:00 WIB, di Sawangan, Depok
§ Kajian Tasawuf “Nuurun ala nuurin – Cahaya di atas cahaya”
(Mengkaji Kitab-kitab Tasawuf Karya Para Ulama Sufi)
Hari Minggu III, Pukul 14:00 – 17:00 WIB, di Sawangan, Depok
Program Kajian Khusus ”Al-Tazkiyyatun-Nafs – Pensucian diri-nafs ruhani”
(waktu dan tempat sesuai perjanjian/kesepakatan)
(waktu dan tempat sesuai perjanjian/kesepakatan)
Bimbingan Bertasawuf berpedoman Al-Qur’aan dan Sunnah Rasulullah SAW, tuntunan Nabi Besar Muhammad SAW di antaranya: ”Awwaluddiini ma’rifatullah” – ”Awal-mula beragama adalah Mengenal Allah” dan “Man arofah nafsahu, faqod arofah Robbahu” – “Siapa yang mengenal diri nafs-ruhaninya (ma’rifatun-nafs), maka ia akan mengenal Allah (ma’rifatullah)” (Al-Hadits): (Bimbingan Pra-Tawajuh / Pra-Mukasyafah dan Bimbingan Pasca-Tawajuh / Pasca-Mukasyafah)
Visi dan Misi Majelis Ta’lim ”Al-Anwar Al-Ihsaniyah”
Visi :
(1) wahana atau tempat bagi umat manusia yang fakir kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada azab Allah yang pedih, tekun beribadah kepada Allah demi mencari Wajah-Nya semata, serta berkehendak membentuk dirinya menjadi manusia Ihsan yang dikaruniai Allah dengan Nuur-Cahaya Iman dan memiliki karakter/nilai-nilai keihsanan yang digali dari Ilmu Ketuhanan (Tauhid) terutama yang terkandung di dalam budaya dan dasar pandangan hidup (falsafah) bangsa Indonesia sendiri yang merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia termasuk para Waliy Allah di Nusantara tercinta, yaitu spiritual Pancasila, di bawah naungan sinar-petunjuk Cahaya Al-Qur’aan dan Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, sehingga menjadi manusia Ihsan-Taqwa; dan
(2) wahana pemeliharaan dan peningkatan Nuur-Cahaya Iman (bertaqwa) bagi manusia Ihsan sehingga dikaruniai Allah dengan Nuur-Cahaya Ilmu, Nuur-Cahaya Ma’rifatullah, dan Nuur-Cahaya Hikmah dari sisi-Nya.
“Janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya (di hadapan Allah).” (QS Al-Israa’ 17: 36 ).
“Dan mereka tiada mempunyai ilmu tentang itu, tiada yang mereka ikuti melainkan sangkaan/dugaan belaka, dan sesungguhnya sangkaan/dugaan itu tiada berguna sedikitpun terhadap kebenaran. Maka berpalinglah engkau dari orang yang berpaling dari peringatan (ayat-ayat) Kami dan dia tidak menghendaki kecuali kehidupan dunia belaka.” (QS An-Najm 53: 28-29).
“Tuntutlah ilmu dari buaian (tempat menimang bayi) hingga ke liang lahat” (sabda Nabi Besar Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari).
2. Membantu para penempuh jalan kerohanian Islam (salikin) dalam usahanya menemukan dan menghayati kehadiran Allah yang sangat didamba dan dirindukannya.
“Hai manusia, sesungguhnya engkau harus berusaha dengan sungguh-sungguh menuju kepada Tuhanmu, maka pasti engkau akan menemui-Nya.” (QS Al-Insyiqaaq 84: 6).
“Barangsiapa yang mengharapkan pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (menemui) Allah pasti datang. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Ankabuut [29]: 5).
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu Cahaya yang dengan Cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hadiid 57: 28).
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu hijab (yang menutupi) mata (hati) kamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS Qaaf 50: 22).
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada Cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun dan Penyayang terhadapmu.” (QS Al-Hadiid 57” 9).
“Allah adalah Cahaya langit dan bumi. … Allah menunjukkan kepada Cahaya-Nya barangsiapa yang Dia kehendaki.” (QS An-Nuur 24: 35).
“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan Cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.” (QS Al Hadiid 57: 19).
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk berserahdiri kepada Allah (muslimuun) lalu ia mendapat Cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat-ingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az-Zumar 39: 22).
“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah (dzikrullah) dengan ingatan yang banyak, dan bertasbihlah kepada-Nya pagi dan petang. Dia-lah Yang melimpahkan rahmat kepada kamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan) untuk mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada Nuur-Cahaya Terang. Dan Dia adalah Maha Penyayang terhadap orang-orang beriman (mu’minuun). Penghormatan kepada mereka pada waktu mereka menemui-Nya ialah “Salaam”, dan Dia menyediakan bagi mereka pahala yang mulia.” (QS Al-Ahzaab 33: 41-44).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar